Senin, 07 Juli 2008

Kincir Air untuk Pedesaan

Sebuah desa yang ada di pedalaman dan hidup dalam keadaan tidak terjangkau oleh PLN,tetapi mereka tidak putus asa untuk meraskan terangnya lampu neon dan dapat melihat tv,ya itulah sebuah desa yang mampu untuk hidup mandiri tanpa tergantung dengan pemerintah terutama tentang listrik.
Yang saya bahas adalah tentang membuatan kincir air yang dapat menghasilkan tenaga listrik yang berguna bagi masyarakat sekitarnya.
Pembuatan kincir ini dilakukan dengan cara membendung aliran sungai yang memiliki air terjun. Karena untuk menggerakkan kincir diperlukan debit air yang besar maka kincir dirasa tidak cocok untuk debit air sungai ini. Akibatnya listrik yang dihasilkan kurang maksimal dan sering redup. Bahkan sering masalah lantaran kincir tidak bisa berputar kencang. Karena lampu yang dihasilkan remang-remang dan redup, penggunaan kincir air ini pun sumber listrik hanya bertahan satu tahun.
Meski kembali mengalami kegagalan, tapi tak membuat semangat Sugiyono pupus. Suatu hari Sugiyono mendengar ada turbin baru di Desa Wono Rejo. Merasa tertarik ia pun mengajak Yanto Pentil dan M Halim untuk membuatnya.
Yanto yang sehari-harinya bekerja sebagai tukang las menyanggupi untuk membuat turbin yang terbuat dari besi baja. Bahan yang diperlukan untuk membuat turbin adalah dinamo, kabel, pembelian drum bekas, kawat, dan semen.

Rancangan turbin pun dibuat. Karena sudah begitu akrab dengan besi dan las, dalam melakukan pekerjaannya Yanto tidak membutuhkan waktu lama. Hanya beberapa hari turbin tersebut sudah selesai dibuat. Mirip seperti turbin buatan pabrik yang ada di Wono Rejo. Untuk menghasilkan listrik sudah barang tentu turbin harus dihubungkan dengan dinamo. Maka dibelilah dinamo bekas yang masih dapat digunakan untuk melengkapi kerja turbin.

Setelah turbin selesai dibuat, selanjutnya mereka mencari tempat yang cocok untuk meletakkan turbin. Turbin tidak bisa ditempatkan disembarang tempat. Ada kriteria khusus yang harus dipenuhi yaitu pada daerah yang memiliki terjunan air cukup tinggi dan bisa dijangkau. Ketinggian air diperlukan untuk mendapatkan gaya yang lebih besar pada baling baling turbin. Untuk menuju ke terjunan turbin, dibuat jalan undak-undakan.

Agar mendapatkan debit air yang konstan maka diperlukan tempat penampungan air sementara. Daya tampung minimum yang harus dipenuhi pada penampungan air yaitu sebesar 2,5 kubik. Bak penampungan ini berada pada bagian atas terjunan. Bisa disalah satu sisi titik awal terjunan. Pembuatannya dilakukan dengan membendung sebagian aliran air disisi atas terjunan. Selanjutnya dari penampungan, air akan dialirkan melalui gandengan drum bekas menuju turbin. Sebelas drum bekas pada masing masing ujungnya dibuang tutupnya dengan pada ujung bawah dibuat lebih sempit. Ini dibuat dengan tujuaan agar daya tekan air yang menuju ke turbin semakin besar.

Pergerakan turbin akibat aliran air akan diteruskan untuk memutar dinamo. Mesin dinamo kemudian mengubah energi gerak pada poros dinamo menjadi energi listrik melalui perputaran magnet yang ada didalamnya. Pada dinamo juga dilengkapi petunjuk tegangan, daya dan arus yang dihasilkan oleh dinamo. Dari dinamo listrik sudah bisa disalurkan ke rumah-rumah untuk dikonsumsi.

Ukuran turbin yang digunakan yaitu lebar 15 cm dan panjang 30 cm. Sementara pada dinamonya tertulis spesifikasi ukuran daya 20 KW, tegangan 400/230 V, 36,1 A. Pada debit air normal daya yang dihasilkan berkisar pada 8000 Watt. Di siang hari tegangan yang dihasilkan antara 190-200 V. Sedangkan pada malam hari antara 100-150 V. Setiap hari listrik dari turbin ini bisa digunakan untuk memenuhi keperluan 26 keluarga termasuk Mushola dan tempat-tempat umum.

Total dana yang dihabiskan sampai turbin bisa menghasilkan listrik yaitu Rp13 juta. Untuk biaya perawatan turbin masing masing keluarga akan diminta setiap bulan. Biaya ini disesuaikan dengan pemakaian listriknya. Besarnya tidak dihitung berdasarkan KWH yang dipakai melainkan berapa banyak lampu dan barang elektronik yang digunakan. Untuk empat lampu, besar iuran berkisar Rp10 ribu, ditambah tape atau radio Rp15 ribu sedang ditambah TV dan barang elektronik lain Rp20 ribu.

Biaya ini relatif cukup murah mengingat listrik bisa digunakan setiap hari. Selama debit air sungai masih cukup maka listrik tidak akan pernah berhenti. Bahkan kemudahan ini cenderung membuat masyarakat sekitar poya-poya dalam menggunakan listrik. Suara musik dari tape atau radio akan sering terdengar meskipun penghuni rumahnya sedang berada di pekarangan. Dalam pengoperasiannya sehari hari turbin ini menjadi tanggung jawab M Halim selaku kepala dusun dan ketua kelompok. Sementara bagian teknisinya tetap dipercayakan pada Sugiyono.

Ada beberapa kendala yang sering dihadapi pada turbin ini, seperti kondisi posisi air yang tidak pas dengan turbin, baut turbin yang kendor, posisi turbin yang tidak seimbang, berkurangnya debit air, atau ada sampah di bagian bak penampng. Namun dengan begitu, turbin ini mampu menerangi rumah-rumah dari 52 kepala keluarga.
Sistem Kerja
1.Air dari aliran sungai masuk dalam penampungan air sementara
2.Air memasuki penampungan air yang berada di atas dekat titik awal terjunan, ketinggian
kira-kira 5 m.
3.Dari penampungan air mengalir melalui lubang gandengan drum bekas menuju turbin
4.Air dari ujung drum masuk dalam kotak besi tempat turbin diletakkan
5.Aliran air memutar turbin
6.Perputaran turbin diteruskan kedinamo dengan menghubungkan ujung turbin ke poros dinamo menggunakan karet poli
7.Dinamo mengubah energi gerak menjadi energi listrik melalui perputaran magnet yang ada diporosnya
8.Listrik dari dinamo disalurkan kerumah rumah melalui kabel
9.Listrik siap digunakan

Tidak ada komentar: